Kamis, 08 September 2011

MENULIS ZAMAN Dengan IFTITAH Perjalanan dan Pemikiran H. Hamid Rana

Menulis Zaman Dengan Iftitah
Perjalanan dan Pemikiran H. Hamid Rana


Diterbitkan oleh:

Yayasan Pendidikan Mitra Ilmu

Penulis – editor: Jamrin Abubakar

Layout: Sunlie Thomas Alexander

Cetakan Pertama, 2011


Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


halaman: 14,5 x 21 cm



DAFTAR ISI



Kata Sambutan

Kata Pengantar

I. HAMID RANA DAN KESEJATIAN SEORANG WARTAWAN

a. Dipilih Secara Aklamasi.
b. Menjawab Kritikan Pemilihan Tokoh Populer
c. Pandangan Terhadap Pers Era Reformasi

II. MENITI KARIER DARI JAWATAN PENERANGAN

III. POLITISI, PENGUSAHA DAN TOKOH ADAT

IV. MEREKA BICARA TENTANG SOSOK DAN PENGALAMAN DENGAN H. HAMID RANA

V. 101 IFTITAH DALAM KOLOM KORAN MAL





KATA SAMBUTAN


Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah, terbitnya buku ini akan menjadi salah satu bahan bacaan dan informasi yang cukup penting bagi pembaca. Terutama untuk mengetahui tentang sosok seorang tokoh wartawan yang pada masanya memiliki aktivitas yang bukan saja pada profesinya, tapi pada sejumlah organisasi sosial kemasyarakatan. Membaca buku ini sedikitnya dapat mengetahui dinamika perkembangan dunia pers di Kota Palu pada masanya walau tidak dibahas secara luas.
Buku semacam ini dapat dikatakan masih sangat kurang (untuk tidak mengatakan tidak ada) penulisan dan penerbitan yang dilakukan di Kota Palu khususnya dan Sulawesi Tengah umumnya. Apalagi menyajikan sisi kehidupan seorang tokoh yang pada masanya telah mewarnai perjalanan perkembangan pers, tapi kadang hal semacam ini terlupakan bagi generasi muda kini.
Untuk itu sebagai pimpinan Yayasan Pendidikan Mitra Ilmu maupun sebagai pribadi putra dari almarhum H. Hamid Rana, saya sangat menyambut penerbitan buku ini. Saya tidak bermaksud untuk menonjol-nonjolkan pribadi almarhum secara berlebihan, sehingga apa yang disajikan penulis buku ini (Jamrin Abubakar) adalah sesuai dengan apa adanya. Bukan membicarakan almarhum secara individu atau keluarga, melainkan betul-betul tentang sebagian kecil dari pemikiran dan perjalanan karier yang mengabadikan hidupnya di Departemen Penerangan dari pegawai paling bawah sampai bisa menduduki amanah seorang pimpinan.
Selain itu disajikan pula sedikit tentang kariernya di penerbitan pers yang pernah dipimpinnya maupun dalam organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sulawesi Tengah yang penuh dinamika. Termasuk adanya pengalaman di bidang politik dan lembaga adat serta bidang usaha yang secara ekonomi menjadi bagian perjalanan orang tua kami, almarhum Hamid Rana. Sekali lagi, secara pribadi saya mohon maaf sekiranya bila ada hal-hal yang kurang berkenang bagi pembaca buku ini. Sebab tidak bermaksud berlebihan kalau di antara kenangan itu disampaikan ke pembaca. Melainkan untuk menjadi pelajaran yang dianggap positif dan dapat dijadikan inspirasi dan spirit dari suatu catatan kecil dalam perjalanan perkembangan pers di Sulawesi Tengah.
Sebetulnya yang paling penting yang dapat dipetik dalam buku ini adalah merefleksikan kembali sejumlah tulisan almarhum Hamid Rana yang pernah ditulis dalam kolom editorial di SKM Mingguan Alkhairaat yang dipimpinnya. Pikiran-pikiran yang ditampilkan dalam buku; Menulis Zaman Dengan Inftitah Perjalanan dan Pemikiran, adalah sebuah pandangan menyaksikan suatu masa pada saat ia mencatat beragam peristiwa yang cukup menonjol. Setidaknya ini merupakan sebagai kecil catatan saksi sejarah pada zamannya yang bila dibaca masa kini, pembacalah yang dapat membandingkan kemungkinan ada dinamika sosial politik yang berulang. Atau sebaliknya beberapa catatan kolom yang ditampilkan kembali di sini, pembaca sangatlah bijaksana dengan memposisikan diri dengan memaknai dan menempatkan “pandangan” diri pada saat tulisan itu dipublikasikan dalam konteks masa lalu.
Demikian kata sambutan saya secara pribadi terhadap buku ini. Saya pahami betapa berat dan sulitnya persiapan pengumpulan bahan tulisan yang membutuhkan waktu dan pikiran sehingga terwujud sebuah buku seperti yang Anda baca.
Untuk itu semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidaya-Nya, termasuk pada semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penerbitan ini, saya ucapkan pula terima kasih.*



Drs. Moh. Nizam, MH
(Ketua Yayasan Pendidikan Mitra Ilmu)



KATA PENGANTAR

Ada banyak tokoh penting Sulawesi Tengah yang telah tiada, namun seakan terlupakan seiring bergantinya generasi dari zaman ke zaman. Padahal harusnya keteladanan pendahulu yang ditokohkan itu dapat menjadi spirit bagi generasi saat ini dan mendatang agar tetap ada pemahaman sejarah dalam mengikuti perkembangan zaman. Sayang harapan ini tidak berlanjut, karena tidak adanya penyambung gagasan dalam bentuk bahan pustaka yang dijadikan referensi.
Untuk itu sebagai penulis menggagas untuk sebuah karya dalam bentuk penulisan buku tentang sosok H. Hamid Rana, seorang tokoh penting yang pernah dimiliki Sulawesi Tengah dalam perkembangan dan pertumbuhan pers di daerah ini. Dalam pembentukan dan peletakan dasar organisasi kewartawanan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Cabang Sulawesi Tengah dan pembentukan RRI Studio Lokal sebagai cikal-bakal RRI Palu, Hamid Rana salah satu yang berperan. Tetapi hal semacam ini terabaikan dan nyaris terlupakan generasi muda, karena tidak adanya kepedulian mengangkat kembali tentang perjalanan para tokoh yang patut jadi teladan. Ketokohan Hamid Rana salah satu contoh yang pernah mengabadikan separuh hidupnya di bidang kewartawanan. Bahkan menjadi salah satu anggota PWI seumur hidup dengan NKA (Nomor Kartu Anggota) 22.00.0516.66.B.68.
Bagi seorang wartawan, karya paling monumental yang bisa ditinggalkan ketika telah tiada, adalah keteladanan dan tulisan-tulisan yang pernah dikeluarkan dari pikiran-pikirannya. Karya tulis itu bukan saja bermanfaat pada zaman ditulis yang kemudian dibaca publik saat terbit di media (surat kabar), melainkan dapat memiliki masa yang cukup panjang dan menjadi abadi sebagai warisan dari generasi ke generasi dalam bentuk buku. Oleh karena itu sebagai bentuk penghargaan dan sekaligus mengambil spirit dari seorang tokoh wartawan, Hamid Rana termasuk yang banyak menghasilkan tulisan, sehingga patut diterbitkan kembali dalam bentuk buku.
Surat Kabar Mingguan Alkhairaat yang kemudian popular disebut SKM Alkhairat maupun Koran MAL terbit mingguan dalam bentuk tabloid maupun plano, dibawah kepemimpinan H. Hamid Rana sebagai Pemred (1990-2006), aktif menulis sejumlah gagasan yang mencerahkan, suatu pencatatan sebagai saksi zaman berdasarkan naluri kewartawanan. Sebagai Pemred, Hamid Rana menuangkan pikiran-pikirannya dalam kolom ‘tajuk rencana’ yang sudah lazim diisi seorang pemimpin redaksi. Dalam perkembangannya sebutan Tajuk Rencana di Mingguan Alkhairaat sering berganti penyebutan tanpa mengurangi maksud dan tujuan yang mencerminkan pandangan media bersangkutan. Kolom tetap di halaman 2 ini ada masa diberi nama Ahlan Wa Sahlan dan kemudian diganti sebutan kolom Editorial. Terakhir sejak tahun 2000 sampai tahun 2007 kolom editorial itu diganti lagi dengan nama Iftitah.
Dari sejumlah nama kolom editorial tersebut hakikatnya tetap sama sebagai gagasan yang sedang aktual dan menjadi sorotan media secara kontekstual ketika itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Balai Pustaka eidisi ke tiga tahun 2003, menyebutkan istilah Iftitah berarti; permulaan; pembukaan: doa.
Secara harifiah merupakan suatu pembuka kata, bukan saja yang mencerminkan apa yang sedang hangat jadi sorotan media pada saat terbit. Tapi makna Iftitah juga dapat dimaksudkan sebagai spirit gagasan atau terobosan yang mencerahkan untuk kepentingan masyarakat secara umum dengan harapan bisa tercapai apa yang diinginkan dengan kebaikan ibarat sedang berdoa. Semasa hidupnya, almarhum dalam menulis ibarat sedang berdoa dalam bentuk tulisan yang berisi keprihatinan, sekaligus nasehat-nasehat yang berobsesi untuk lebih baik ibarat orang yang berdoa, sehingga buku ini diberi judul MENULIS ZAMAN DENGAN IFTITAH Perjalanan dan Pemikiran H. Hamid Rana.
Berdasarkan pemaparan di atas, dengan ini diterbitkan kembali sejumlah tulisan kolom Hamid Rana yang pernah dipublikasikan di Mingguan Alkhairaat dalam bentuk buku. Kemudian dilengkapi dengan riwayat perjalanan kariernya di pemerintahan Departemen Penerangan (dulu disebut Jawatan Penerangan). Sebagai salah satu tokoh penting dalam organisasi PWI maupun sebagai Pemred MAL telah memberi warna tersendiri suatu masa dimana pers penuh tantangan.
Dari ratusan kolom Hamid Rana yang terselamatkan dari arsip-arsip edisi Koran MAL, di sini dipilih sebanyak 101 tulisan dalam kurun waktu penulisan 1995-2001. Pemilihan tulisan masa tersebut untuk mewakili dua masa perubahan sosial politik dari ujung kekuasaan pemerintahan Orde Baru (Orba) ke masa pemerintahan Reformasi, setidaknya tercermin pula dalam pilihan tema-tema tulisan Hamid Rana pada zamannya. Tentunya dengan harapan pembaca dapat memahami suatu masa tentang beragam dinamika sosial, budaya, poilitik dan ekonomi pada saat kolom tersebut diterbitkan.
Kiranya pembaca mendapatkan informasi kembali tentang riak-riak pergolakan sosial politik yang menunjukkan bentuk perhatian dan kepedulian penulisnya, bisa dijadikan bahan perbandingan terhadap sejumlah perubahan yang dulunya sangat memprihatikan. Misalnya soal konflik Poso yang pada masanya mendapat sorotan, namun konteks sekarang sudah damai kembali sehingga memahami tulisan yang ada harus menempatkan posisi pembaca pada masa itu. Pilihan masalah konflik Poso tidak bermaksud untuk mengungkit kembali, melainkan hanya untuk menjadikan sebuah penanda sehingga ditampilkan dalam buku ini agar pembaca memahami sebuah keprihatinan dan kegelisahan seorang wartawan (juga lainnya) pada masa itu. Tetapi tidak sedikit di antara persoalan sosial lain yang dipaparkan Hamid Rana dalam tulisannya yang masih memiliki konteks masa kini, bahkan masa depan.
Buku ini sekaligus menjadi persembahan mengenang almarhum sebagai teladan bagi generasi muda masa kini. Sebanyak 101 kolom Hamid Rana bila dicerna gaya penulisannya walau sangat sederhana, tapi sangat mencerminkan pemikiran seorang bijak dan penuh nasehat dalam memandang suatu persoalan.* (Jamrin Abubakar) Selengkapnya...