Minggu, 21 Maret 2010

Palu Art’s Warning ; Kritik Kegelisahan Seniman


Palu - Lima menit Sepuluh detik di luar ruangan, awalnya sunyi. Beberapa manusia bergerak pelan, meliuk bagai kepompong dan ulat-ulat gelisah. Mereka kemudian berteriak Manusia-manusia itu menahan pedih kata yang tidak bisa dikeluarkan diantara temaram lampu-lampu. Orang kota berdatangan silih berganti menawarkan senyum. Orang-orang kota itu disambut meriah rebana dari pinggir kampung. Sebuah gambaran dua sisi hidup hitam dan putih yang berbeda.
Sepuluh Menit Lima detik di dalam ruangan, lampu terang benderang. Orang-orang kota masgul mendengar prosesi musik yang mulai ditabuh. Samar kemudian berubah garang. Ritme-ritme musik yang ditampilkan merupakan simbol keterpurukan perkembangan zaman. Palu tidak lagi ramah lingkungan, Palu dipenuhi tumpukan sampah-sampah. Palu tidak lagi indah dipandang, Palu berubah menjadi kota eksodus dan dipenuhi lubang-lubang Avanza. Palu tidak lagi terang, Palu hanyalah kota mati tak bercahaya.
Demikian gambaran performance yang ditampilkan para seniman kota Palu dalam acara pengukuhan dan pelantikan Pengurus Dewan Kesenian Palu periode 2010-2013 dalam tajuk Palu Art’s Warning di Auditorium Dikjar Sulteng, Minggu (21/3).
Setelah memberikan sambutan, Wakil Walikota Palu H. Mulhanan Tombolotutu, SH didampingi Ketua Umum DKP Dr. Ir. Nirwan Sahiri, MP menabuh gendang sebagai tanda telah dikukuhkannya kepengurusan DKP periode 2010-2013. Toni, panggilan akrab Mulhanan, tak mau ketinggalan mengekspresikan diri . Ia melakukan monolog dari karya Putu Wijaya dengan penuh ekspresi. Tak ketinggalan Nirwan juga membacakan puisi sebagai puncak acara pengukuhan malam itu.
Pada malam pengukuhan DKP itu, selain sanggar seni Lino Sidiru unjuk gigi dalam performance musik tradisi. Turut pula Komunitas Seni Tadulako (KST), Sanggar seni rebana Petobo, Sanggar Seni Pedati dan pertunjukan teater “Bos” karya/ sutradara N. Noerdiansyah dari sanggar seni Lentera.
Ketua Umum DKP Nirwan Sahiri yang ditemui media ini mengatakan, tema Palu Art’s Warning yang diusung DKP memberikan muatan-muatan sosial kritik dalam melihat perkembangan kota Palu diataranya listrik bisa dinikmati warga kota Palu tanpa harus mengeluh terjadi pemadaman bergilir. Menumpuknya sampah disana-sini dan lain sebagainya “Sebagai seniman sebuah kewajaran kami melihat hal itu. Kami berekspresi untuk menuju perbaikan. Moga itu tersampaikan ke pihak terkait” ujar Nirwan bernada kritik.
Lanjut Nirwan, setelah dilantiknya pengurus DKP periode 2010-2013, Badan Pekerja Harian(BPH) beserta jajarannya mulai konsentrasi untuk melakukan program-progran kerja DKP diantaranya mempersiapkan program Palu Bunyi pada bulan April 2010 serta program lain yang sudah diagendakan DKP. Olehnya ia berharap, pemerintah kota Palu tetap memberi ruang dan respon positif dalam bentuk pendanaan yang memadai sehingga kerja-kerja DKP sebagai mitra Pemkot Palu dalam bidang kesenian bisa terus berkembang pesat.
“Kami yakin Pemkot Palu tetap memberi ruang untuk seniman berekspresi. Dan untuk memajukan kesenian itu, bantuan pemerintah yang selama ini dilakukan bisa terus berjalan sebagaimana mestinya,” pungkasnya. (Hanafi Sarro)

Tidak ada komentar: