Rabu, 06 Oktober 2010

JELANG KONGRES BAHASA KAILI

·         Banyak Bahasa di Donggala Terabaikan


DONGGALA-Jelang pelaksanaan Kongres Bahasa Kaili yang akan digelar (20/10/2010) mendatang, sejumlah komunitas Kaili di Kabupaten Donggala berharap mendapat perhatian menjadi bagian dalam kongres. Sebab saat ini di antara bahasa Kaili di wilayah Kabupaten Donggala banyak yang terabaikan dan terancam punah serta  kurang tersentuh dalam pembinaan yang dilakukan pemerintah.
“Karena itu pada kongres bahasa Kaili pertama kalinya ini sebaiknya dilibatkan sejumlah sub dialek bahasa Kaili yang tersebar di wilayah Sulteng, bukan saja semata dialek Ledo atau Rai yang selama ini dianggap memiliki banyak penutur,” kata Tjatjo Tuan Saichu  penutur Kaili dialek Rai asal  Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala.
Tjatjo yang juga  linguis dari Fakultas Sastra Universitas Alkhairaat, menyebutkan di Donggala ada sejumlah dialek Kaili, diantaranya  Unde, Rai, Kori, Doi, Ajio, Pendau dan lainnya.  kini mulai mendapat beragam tanggapan dari para budayawan. Kongres bahasa Kaili yang akan difasilitasi Dewan Pembina dan Pengembang Budaya Kaili Sulawesi Tengah, bukan saja merupakan pertama kalinya dilaksanakan, tapi sekaligus  mendapat peringatan jangan sampai ada komunitas bahasa Kaili yang terabaikan, mengingat bahasa Kaili beragam dengan sebaran yang luas, sehingga perlu diakomodasi.
Bahasa Kaili terbagi dalam puluhan dialek dan sub dialek yang masing-masing memiliki keunikan sendiri. Bukan hanya terdapat di Lembah Palu dan Kabupaten Sigi dan Donggala, tapi juga terdapat di Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso dan Kabupaten Tojo Unauna, sehingga komunitas mereka perlu dihadirkan.
Sementara itu Sekertaris Panitia Kongres Bahasa Kaili, Sofyan Tadorante yang dihubungi kemarin, menyatakan akan menampung semua aspirasi masyarakat tentang pelaksanaan Kongres Bahasa Kaili. “Ini memang pertama kalinya akan dilakukan kongres bahasa Kaili, karena itu pula kita merencanakan dan mengupayakan semua komunitas pengguna bahasa Kaili akan diundang untuk duduk bersama membicarakan bahasa Kali,” ungkap Sofyan Tadorante.
Bahkan, kata Sofyan yang diundang itu termasuk pemakai bahasa Kaili yang menjadi sub bagian dari 12 etnis yang ada di Sulawesi Tengah. Sebab Kaili secara etnis memang sangat besar yang terbagi dalam beberapa sub kecil yang tersebar di beberapa kabupaten.
Menurut Amin Abdullah seorang penggagas menyebutkan, sebelum kegiatan kongres bahasa, dua tahun silam Dewan Pembina dan Pengembang Budaya Kaili telah melaksanakan peneletian dan pelatihan kesenian tradisional Kaili yang terancam punah. Kemudian dilanjutkan dengan sarasehan bahasa Kali, sehingga dari hasil sarasehan itulah yang kemudian dikembangkan menjadi Kongres Bahasa Kaili yang sifatnya lebih luas. (JAMRIN AB)

Tidak ada komentar: